Indonesia merupakan Negara kepulauan
terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena
letaknya diantara dua samudra, yaitu samudra hindia dan samudra pasifik, serta
terletak diantara dua benua, yaitu benua asia dan benua Australia, Indonesia
memiliki berbagai banyak unsur unsur kebudayaan, seperti berbagai macam bahasa,
suku bangsa, agama atau kepercayaan, adat istiadat, kesenian tradisional serta
berbaga jenis mata pencaharian yang membentang dari sabang himgga merauke, oleh
karena itu Negara Indonesia sering disebut sebagai Negara multikiltural atau
Negara yang memiliki berbagai macam budaya.
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia
mempunyai banyak sekali budaya dan kesenian daerah, misalnya saja reog ponorogo
dan kesenian angklung. Reog ponorogo merupakan salah satu kesenian yang sangat
digemari oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat jawa timur yang
merupakan asal dari kesenian tersebut. Umumnya kesenian tersebut terdiri
dari dua jenis kesenian yaitu seni tari dan seni musik yang tergabung menjadi
sebuah kesenian baru. Pada jaman modern seperti sekarang ini, kesenian di
Indonesia semakin berkembang, tak hanya kesenian tradisional, kini muncul
istilah kesenian modern. Disebut demikian karena, dalam prakteknya menggunakan instrument
atau alat modern seperti, gitar, bass, drum, piano serta alat musik modern
lainnya. Musik tersebut banyak dimainkan oleh berbagai kalangan, mulai dari
anak kecil, remaja, hinnga orang dewasa. Karena perkembangan teknologi semakin
cepat, akhirnya juga mempercepat tumbuhnya industry musik di Negara Indonesia.
Berbondong bondong orang membetuk grup
musik atau band agar mereka dapat menjadi terkenal di kalangan masayarakat, tak
hanya itu di beberapa stasiun telivisi swasta setiap hari menanyangkan acara
musik tersebut, dengan mendatangakan artis artis terkenal. Selain itu, beberapa
stasiun swasta tersebut juga membuat acara semacam pencarian bakat untuk
mencetak para musisi musisi baru. Memang indusri musik tersebut banyak
mendatangkan keuntungan bagi yang berkecimpung di industri tersebut, akan
tetapi, di sisi lain industri musik modern sedikit banyak telah menggeser dan
menghapus minat masyarakat Indonesia terhadap musik tradisional, yang telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak lama, sedangkan musik modern yang sedang
mereka gandrungi adalah musik yang bukan berasal dari Negara mereka, melainkan
dari luar. Hal yang lebih memprihatinkan lagi yaitu, di manapun tempatnya pasti
kita menjumpai beberapa remaja atau orang dewasa sedang asyik bermain band atau
dance dan sesekali mengadakan lomba atau festifal. Lantas jika hal ini semakin
berkembang, maka bagaimana nasib dari para musisi dan penari tradisional yang
kehidupannya semakin buruk akibat music mereka kian tergerus oleh perkembangan
jaman. Selain itu juga, sekarang ini para generasi muda mayoritas sudah enggan
lagi untuk mengembangkan budaya tradisional tersebut. Jangankan mengembangkan,
melihatnya saja mereka sudah tidak mau, alasannya budaya itu sudah kolot atau
mereka takut jika mereka tidak mengikuti perkembangan jaman, mereka di cap
ketinggalan jaman atau gaptek ( gagap teknologi). Tentunya, jika setiap
generasi muda memiliki pandangan demikian, lantas siapa yang kelak akan
meneruskan kebudayaan tradisional tersebut.
Selain itu di mana rasa nasionalisme
bangsa kita, apakah hanya karena tidak ingin ketinggalan jaman, mereka rela
melupakan “identitas” mereka dan beralih mengikuti dan menekuni budaya asing
tersebut, yang jelas jelas tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Jika hal ini terus dibiarkan, bagaimana nasip kesenian kesenian tradisional
lain di Indonesia. Pada waktu lalu Indonesia dikejutkan dengan di klaimnya
kesenian reog ponorogo dan kesenian angklung sebagai salah satu kesenian milik
Negara Malaysia. Lantas dengan terjadinya hal ini siapa pihak yang disalahkan,
apakah para seniman tradisional tersebut, atau Malaysia yang tiba tiba
mengklaim kesenian tersebut sebagai kesenian mereka, ataukah para generasi muda
yang enggan untuk melestarikan kembali kesenian tradisional tersebut?. Mungkin
kejadian tersebut sebagai peringatan terhadap bangsa Indonesia sendiri yang
telah melupakan “identitasnya” sendiri sebagai Negara multikultural. Di
samping itu juga, kejadian tersebut sedikit banyak telah menghina para seniman
seniman tradisional yang telah lama melestarikan kesenian tersebut turun
menurun yang pada kenyataanya justru di lupakan oleh bangsanya sendiri dan pada
akhirnya di klaim oleh Negara lain.
Memang perkembangan teknologi maupun
perkembangan budaya harus kita ikuti agar kita dapat beradaptasi dengan
perkembngan jaman, akan tetapi jika tindakan yang kita lakukan adalah mengganti
kebudayaan yang kita miliki dengan kebudayaan bangsa lain tentu hal itu jelas
salah, karena walau bagaaimanapun budaya bangsa merupakan salah satu aset bangsa
yang tidak ternilai harganya, selain itu budaya bangsa kita mrupakan salah satu
alat pemersatu bangsa, dan jika budaya tersebut hilang atau punah maka apakah
masyarakat Indonesia yang terkenal memiliki banyak suku bangsa masi dapat
bersatu dan dapat dikatakan sebagi bangsa Indonesia?. Hal inilah yang
sebenarnya yang menyebabkan permasalahan permasalahan sosial di Indonesia.
Masyarakat seharusnya berintrospeksi atas apa yang sedang mereka alami sekarang
ini dan melihat kembali ke dalam diri mereka, siapa sesungguhnya diri kita dan
bukan bertanya apa yang kita lakukan.
Rendahnya tingkat pengetahuan dan
pendidikan di Indonesia adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh
terhadap krisis budaya yang kita alami saat ini, bagaimana tidak, mayoritas
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang masih menggunakan prinsip “ikut
ikutan” dalam kehidupan kesehariannya, mereka tidak mempunyai pendirian yang
pasti terhadap apa yang mereka lakukan dan apa yang sedang mereka alami
sekarang ini, misalnya saja beberapa waktu lalu, Indonesia dikejutkan dengan
munculnya boy band smash, yang dengan cepat terkenal di kalangan masyarakat
Indonesia, hal itulah yang kemudian menyebabkan boy band menjamur di Indonesia
, sampai sampai salah satu telivisi swasta Indonesia membuat acara semacam
pencarian bakat, yang tidak lain hanya sebagai motif untuk mencari keuntungan
dengan jalan seperti itu, secara umum ajang tersebut memang bertujuan untuk
meningkatkan kreativitas para generasi muda akan seni, namun di sisi lain hal
itu sebenarnya telah membodohi dan membutakan bangsa Indonesia sendiri,
bagaimana tidak, berbagai remaja dengan susah payah mereka melungkan waktunya
hanya untuk mengikuti audisi tersebut hanya demi sebuah keinginan sederhana
yaitu ingin terkenal, padahal jika di liat secara intelektual, mereka merupakan
generasi penerus bangsa yang kelak akan mewujidkan Negara Indonesia ini menjadi
lebih, namun kenyataanya mereka hanya seperti kebanyakan masyarakat Indonesia,
yaitu hanya mencari keuntungan, tanpa memperdulikan hal lain yang tentunya
lebih penting.
Sikap lain yang dimiliki oleh para
generasi kita adalah kebiasaan lebih suka menyalahkan daripada mencari penyebab
dari masalah tersebut, misalnya saja ketika beberapa waktu lalu, kesenian reog
ponorogo di klaim Malaysia sebagai kesenian mereka, sontak warga Indonesia
marah marah dan ramai ramai mengklaim Malaysia tanpa berfikir mengapa hal
tersebut bisa terjadi, seharusnya masyarakat sadar,dan bukan tergesa gesa
mengecam dan menghujat. Mereka seharusnya juga mengerti bahwa melestarikan
budaya bangsa merupakan kewajiban setiap warga Negara Indonesia, agar tidak
terjadi hal hal memalukan seperti itu lagi, hal lain yang menyebabkan
terjadinya krisis budaya di Indonesia adalah munculnya hedonisme dan
konsumerisme, di Indonesia sekarang ini marak munculnya konser konser band dari
luar, atau artis penyanyi dari luar negeri yang tiketnya relatif jauh lebih
mahal daripada konser konser dalam negeri yang mayoritas tanpa biaya tiket
alias gratis, jika hal ini terus dibiarkan maka pertunjukan pertunjukan
kesenian tradisional lambat laun akan menghilang bahkan punah karena
tergantikan dengan konser konser band tersebut, hal lain yang ditakutkan yaitu
jika tidak ada lagi yang mau melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia, lantas
apa yang dapat menjadi identitas bangsa ini kalau melestarikan budayanya
sendiri saja tidak mau.
Melihat hal itu, sebaiknya segenap
masyarakat harus turut serta melestarikan kebudayaan tersebut tak terkecuali
generasi muda, yang seharusnya lebih aktif melestarikan daripada hanya sekedar
ikut ikutan meniru gaya hidup orang barat. Masyarakat juga harus meningkatkan
kembali minat terhadap kesenian dan budaya daerah agar budaya tersebut tidak
punah dan malah berkembang. Selain itu meningkatkan minat terhadap kebudayaan daerah
dapat meningkatkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia yang akhir akhir ini
mulai menghilang. Memang bangsa Indonesia sejak dulu terkenal akan keaneragaman
budayanya, tetapi akhir akhir ini Indonesia seperti hanya menjadi Negara
plagiat, yang hanya bisa meniru, meniru, dan meniru trend yang ada di luar
negeri tanpa meikirkan dampak dan akibat yang ditimbulkan. Masyarakat juga
harus sadar bahwa pendidikan merupakan hal yang sanat penting bagi kelangsungan
hidup mereka di masa depan daripada hanya mengikuti trend trend yang muncul dan
kemudian akan menghilang dan hanya menyisakan kesenangan belaka. Fenomena
sepeti ini memang banyak dan sering terjadi di nrgara Negara berkembang seperti
di Indonesia ini, permintaan akan kebutuhan dan kesenagan, membuat masyarakat
berfikir dangkal dan berusaha dengan menghalalkan segala cara hanya untuk
memperoleh kesenangan dengan cara cara seperti itu, yang kemudian hal tersebut
akhirnya juga ikut menambah angka hedonisme di Indonesia ini.
Masayarakat yang berbudaya, seharusnya
tahu dan mengerti bagaimana ia bertindak dan menyikapi hal yang ada di
sekelilingnya dengan berpedoman pada nilai nilai luhur bangsa Indonesia, dan
bukan sebaliknya malah bersikap seeenaknya seperti tanpa memiliki pendirian,
jika hal itu tidak segera di benahi, bagaimana bisa masyarakat Indonesia dapat
memiliki daya saing terhadap dunia luar, sedangkan masyarakatnya sendiri minim
kreativitas dan lebih suka menjiplak hasil karya orang lain, dan lebih parahnya
lagi mereka bangga ketika memakai barang yang bukan buatan bangsa mereka
sendiri, termasuk mempraktekan budaya asing di Negara kita, yang jelas jelas
tidak sesuai derngan kepribadian bangsa Indonesia. Selain krisis budaya
masyarakat Indonesia kini juga sedang mengalami krisi moral dalam kehidupan sehari
hari, misalnya saja dapat kita lihat para remaja remaja kita lebih suka
melakukan sex bebas dan mengosumsi narkoba tanpa sepengetahuan orang tua
mereka, jelas jelas hal itu telah melanggar norma norma sosial. Mereka yang
seharusnya serius mengenyam pendidikan di bangku smp atau sma, malah asyik
melakukan pesta sex dan markoba yang berujung tindak kriminal yang akhirnya
merugikan diri mereka sendiri. Kecanggihan teknologi namun tidak di imbangi
dengan pengetahuan yang sepadan salah satu penyebab maraknya perilaku sex
bebas di kalangan remaja kita, tak dapat dipungkiri di mana mana sekarang
banyak tersedia warnet ( warung internet ) yang dapat mereka kunjungi kapan
saja. Situ mereka dapat mengakses secara bebas dan leluasa apa saja yang
mereka iginkan termasuk situs situs porno, yang sebenarnya belum saanya mereka
untuk tahu dan menirunya. Hal lain yang menyebabkan maraknya sex bebas di
kalangan remaja yaitu, rendahnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, mereka
menganggap anak mereka anak mereka sudah dewasa dan mengeti apa yang baik dan
yang buruk, namun faktanya tidak demikian, dunia remaja adalah dunia yang
paling labil terhadap dunia luar, mereka( para remaja) sangat mudah terombang
ambing dalam sistem pergaulan yang mereka buat sendiri, tanpa dihindari mereka
dapat dengan mudah terpengaruh oleh ajakan teman mereka dan akhirnya mereka
juga melakukan hal yang sama kepada teman mereka yang lain untuk hal hal
tersebut.
Hal lain yang lebih memprihatinkan
yaitu, orang tua mereka kebanyakan lebih suka sibuk dengan urusanya masing
masing tanpa memperdulikan perilaku anaknya di luar rumah, akibatnya anak
menjadi minim perhatian, dan mencari perhatian atau kesenangan dengan melakukan
hal hal seperti sex bebas dan mengosumsi narkoba. Fenomena serupa kita jumpai
di lingkungan intelektual yaitu kampus, kampus yang idealnya menjadi tempat
untuk berdiskusi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, kini berubah fungsi
menjadi sarana untuk pamer kekayaan. Para mahasiswa yang idilai sebagai agent
of change kini hanyalah berupa kalangan yang tak lain dan tidak bukan setelah
lulus menjadi pencari kerja, para mahsiswa juga dikenal memiliki kebutuhan yang
banyak, saking banyaknya kebutuhan yang ingin mereka penuhi, mereka rela
“menjual diri” mereka demi mendapatkan uang, dengan kata lain mereka selain
berprofesi sebagai mahasiswa, mereka juga berprofesi sebagai “ayam kampus” (
pekerja sex di lingkungan kampus ). Sungguh ironis memang, mendengar fakta
seperti itu, munculnya para “ayam kampus” di lingkungan para intelektual kita menjadi
bukti bahwa angka hedonisme di kalangan intelektual kita sangat tinggi.
Fenomena lain hedonisme kita jumpai dikalangan pejabat DPR kita. Para pejabat
yang seharusnya menjadi wadah aspirasi dan pengeksekusi keinginan rakyat, kini
berbalik fungsi menjadi pengguna uang rakyat. Bagaimaana tidak, para pejabat
tersebut dengan leluasa menggunakan uang rakyat hanya untuk merenovasi ruang
kerja dan membeli mobil mobil mewah yang sebetulnya tidak perlu dilakukan.
Selain bermewah mewahan mereka juga melakukan korupsi terhadap uang rakyat demi
meningkatkan keuntungan mereka semata. Jika melihat banyak fakta seperti ini,
apakah masih layak kita untuk berdiam diri dan menutup mata atas semua yang
terjadi di Indonesia, apakah masih layak menyebut kita sebagai masyaraakat yang
berbudaya?. Tentunya jika menjawab kita harus kembali kepada hati nurani kita
sendiri, karena dengan hati nuranilah kita dapat mengerti apa yang sebenarnya
yang kita inginkan, jika tidak maka kita hanya akan menuruti dan menuruti hawa
nafsu kita dan terjerumus kedalam kehancuran. Maka dari sekarang kita harus
segera berintrospeksi dan berbenah terhadap apa yang sudah kita lakukan, agar
kita tidak menjadi slah satu dari generasi perusak bangsa, yang kini jumlahnya
semakin hari semakin banyak, dan semakin merusak Negara tercinta kita
Indonesia. Oleh karena itu jika bukan kita yang melakukan siapa lagi yang akan
mengubah wajah Indonesia ini menjadi Negara yang lebih baik dan bermartabat dan
bukan menjadikan Negara kita sebagai tempat bermukimnya para “musuh” yang
sewaktu waktu bisa menghancurkan Indonesia, bahkan memecah belah persatuan.
Sumber :
http://hardika.blog.fisip.uns.ac.id/2012/04/03/indonesia-sebuah-negara-multikultural-atau-negara-yang-krisis-budaya/
Sumber :
http://hardika.blog.fisip.uns.ac.id/2012/04/03/indonesia-sebuah-negara-multikultural-atau-negara-yang-krisis-budaya/
Tulisan (1) : Indonesia Sebuah Negara multikultural atau Negara yang Krisis Budaya