Selasa, 26 Maret 2013



Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya diantara dua samudra, yaitu samudra hindia dan samudra pasifik, serta terletak diantara dua benua, yaitu benua asia dan benua Australia, Indonesia memiliki berbagai banyak unsur unsur kebudayaan, seperti berbagai macam bahasa, suku bangsa, agama atau kepercayaan, adat istiadat, kesenian tradisional serta berbaga jenis mata pencaharian yang membentang dari sabang himgga merauke, oleh karena itu Negara Indonesia sering disebut sebagai Negara multikiltural atau Negara yang memiliki berbagai macam budaya.
Sebagai Negara kepulauan, Indonesia mempunyai banyak sekali budaya dan kesenian daerah, misalnya saja reog ponorogo dan kesenian angklung. Reog ponorogo merupakan salah satu kesenian yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat jawa timur yang merupakan asal dari kesenian tersebut. Umumnya  kesenian tersebut terdiri dari dua jenis kesenian yaitu seni tari dan seni musik yang tergabung menjadi sebuah kesenian baru. Pada jaman modern seperti sekarang ini, kesenian di Indonesia semakin berkembang, tak hanya kesenian tradisional, kini muncul istilah kesenian modern. Disebut demikian karena, dalam prakteknya menggunakan instrument atau alat modern seperti, gitar, bass, drum, piano serta alat musik modern lainnya. Musik tersebut banyak dimainkan oleh berbagai kalangan, mulai dari anak kecil, remaja, hinnga orang dewasa. Karena perkembangan teknologi semakin cepat, akhirnya juga mempercepat tumbuhnya industry musik di Negara Indonesia.
Berbondong bondong orang membetuk grup musik atau band agar mereka dapat menjadi terkenal di kalangan masayarakat, tak hanya itu di beberapa stasiun telivisi swasta setiap hari menanyangkan acara musik tersebut, dengan mendatangakan artis artis terkenal. Selain itu, beberapa stasiun swasta tersebut juga membuat acara semacam pencarian bakat untuk mencetak para musisi musisi baru. Memang indusri musik tersebut banyak mendatangkan keuntungan bagi yang berkecimpung di industri tersebut, akan tetapi, di sisi lain industri musik modern sedikit banyak telah menggeser dan menghapus minat masyarakat Indonesia terhadap musik tradisional, yang telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak lama, sedangkan musik modern yang sedang mereka gandrungi adalah musik yang bukan berasal dari Negara mereka, melainkan dari luar. Hal yang lebih memprihatinkan lagi yaitu, di manapun tempatnya pasti kita menjumpai beberapa remaja atau orang dewasa sedang asyik bermain band atau dance dan sesekali mengadakan lomba atau festifal. Lantas jika hal ini semakin berkembang, maka bagaimana nasib dari para musisi dan penari tradisional yang kehidupannya semakin buruk akibat music mereka kian tergerus oleh perkembangan jaman. Selain itu juga, sekarang ini para generasi muda mayoritas sudah enggan lagi untuk mengembangkan budaya tradisional tersebut. Jangankan mengembangkan, melihatnya saja mereka sudah tidak mau, alasannya budaya itu sudah kolot atau mereka takut jika mereka tidak mengikuti perkembangan jaman, mereka di cap ketinggalan jaman atau gaptek ( gagap teknologi). Tentunya, jika setiap generasi muda memiliki pandangan demikian, lantas siapa yang kelak akan meneruskan kebudayaan tradisional tersebut.
Selain itu di mana rasa nasionalisme bangsa kita, apakah hanya karena tidak ingin ketinggalan jaman, mereka rela melupakan “identitas” mereka dan beralih mengikuti dan menekuni budaya asing tersebut, yang jelas jelas tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Jika hal ini terus dibiarkan, bagaimana nasip kesenian kesenian tradisional lain di Indonesia. Pada waktu lalu Indonesia dikejutkan dengan di klaimnya kesenian reog ponorogo dan kesenian angklung sebagai salah satu kesenian milik Negara Malaysia. Lantas dengan terjadinya hal ini siapa pihak yang disalahkan, apakah para seniman tradisional tersebut, atau Malaysia yang tiba tiba mengklaim kesenian tersebut sebagai kesenian mereka, ataukah para generasi muda yang enggan untuk melestarikan kembali kesenian tradisional tersebut?. Mungkin kejadian tersebut sebagai peringatan terhadap bangsa Indonesia sendiri yang telah melupakan “identitasnya” sendiri sebagai  Negara multikultural. Di samping itu juga, kejadian tersebut sedikit banyak telah menghina para seniman seniman tradisional yang telah lama melestarikan kesenian tersebut turun menurun yang pada kenyataanya justru di lupakan oleh bangsanya sendiri dan pada akhirnya di klaim oleh Negara lain.
Memang perkembangan teknologi maupun perkembangan budaya harus kita ikuti agar kita dapat beradaptasi dengan perkembngan jaman, akan tetapi jika tindakan yang kita lakukan adalah mengganti kebudayaan yang kita miliki dengan kebudayaan bangsa lain tentu hal itu jelas salah, karena walau bagaaimanapun budaya bangsa merupakan salah satu aset bangsa yang tidak ternilai harganya, selain itu budaya bangsa kita mrupakan salah satu alat pemersatu bangsa, dan jika budaya tersebut hilang atau punah maka apakah masyarakat Indonesia yang terkenal memiliki banyak suku bangsa masi dapat bersatu dan dapat dikatakan sebagi bangsa Indonesia?. Hal inilah yang sebenarnya yang menyebabkan permasalahan permasalahan sosial di Indonesia. Masyarakat seharusnya berintrospeksi atas apa yang sedang mereka alami sekarang ini dan melihat kembali ke dalam diri mereka, siapa sesungguhnya diri kita dan bukan bertanya apa yang kita lakukan.
Rendahnya tingkat pengetahuan dan pendidikan di Indonesia adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap krisis budaya yang kita alami saat ini, bagaimana tidak, mayoritas masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang masih menggunakan prinsip “ikut ikutan” dalam kehidupan kesehariannya, mereka tidak mempunyai pendirian yang pasti terhadap apa yang mereka lakukan dan apa yang sedang mereka alami sekarang ini, misalnya saja beberapa waktu lalu, Indonesia dikejutkan dengan munculnya boy band smash, yang dengan cepat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia, hal itulah yang kemudian menyebabkan boy band menjamur di Indonesia , sampai sampai salah satu telivisi swasta Indonesia membuat acara semacam pencarian bakat, yang tidak lain hanya sebagai motif untuk mencari keuntungan dengan jalan seperti itu, secara umum ajang tersebut memang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas para generasi muda akan seni, namun di sisi lain hal itu sebenarnya telah membodohi dan membutakan bangsa Indonesia sendiri, bagaimana tidak, berbagai remaja dengan susah payah mereka melungkan waktunya hanya untuk mengikuti audisi tersebut hanya demi sebuah keinginan sederhana yaitu ingin terkenal, padahal jika di liat secara intelektual, mereka merupakan generasi penerus bangsa yang kelak akan mewujidkan Negara Indonesia ini menjadi lebih, namun kenyataanya mereka hanya seperti kebanyakan masyarakat Indonesia, yaitu hanya mencari keuntungan, tanpa memperdulikan hal lain yang tentunya lebih penting.
Sikap lain yang dimiliki oleh para generasi kita adalah kebiasaan lebih suka menyalahkan daripada mencari penyebab dari masalah tersebut, misalnya saja ketika beberapa waktu lalu, kesenian reog ponorogo di klaim Malaysia sebagai kesenian mereka, sontak warga Indonesia marah marah dan ramai ramai mengklaim Malaysia tanpa berfikir mengapa hal tersebut bisa terjadi, seharusnya masyarakat sadar,dan bukan tergesa gesa mengecam dan menghujat. Mereka seharusnya juga mengerti bahwa melestarikan budaya bangsa merupakan kewajiban setiap warga Negara Indonesia, agar tidak terjadi hal hal memalukan seperti itu lagi, hal lain yang menyebabkan terjadinya krisis budaya di Indonesia adalah munculnya hedonisme dan konsumerisme, di Indonesia sekarang ini marak munculnya konser konser band dari luar, atau artis penyanyi dari luar negeri yang tiketnya relatif jauh lebih mahal daripada konser konser dalam negeri yang mayoritas tanpa biaya tiket alias gratis, jika hal ini terus dibiarkan maka pertunjukan pertunjukan kesenian tradisional lambat laun akan menghilang bahkan punah karena tergantikan dengan konser konser band tersebut, hal lain yang ditakutkan yaitu jika tidak ada lagi yang mau melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia, lantas apa yang dapat menjadi identitas bangsa ini kalau melestarikan budayanya sendiri saja tidak mau.
Melihat hal itu, sebaiknya segenap masyarakat harus turut serta melestarikan kebudayaan tersebut tak terkecuali generasi muda, yang seharusnya lebih aktif melestarikan daripada hanya sekedar ikut ikutan meniru gaya hidup orang barat. Masyarakat juga harus meningkatkan kembali minat terhadap kesenian dan budaya daerah agar budaya tersebut tidak punah dan malah berkembang. Selain itu meningkatkan minat terhadap kebudayaan daerah dapat meningkatkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia yang akhir akhir ini mulai menghilang. Memang bangsa Indonesia sejak dulu terkenal akan keaneragaman budayanya, tetapi akhir akhir ini Indonesia seperti hanya menjadi Negara plagiat, yang hanya bisa meniru, meniru, dan meniru trend yang ada di luar negeri tanpa meikirkan dampak dan akibat yang ditimbulkan. Masyarakat juga harus sadar bahwa pendidikan merupakan hal yang sanat penting bagi kelangsungan hidup mereka di masa depan daripada hanya mengikuti trend trend yang muncul dan kemudian akan menghilang dan hanya menyisakan kesenangan belaka. Fenomena sepeti ini memang banyak dan sering terjadi di nrgara Negara berkembang seperti di Indonesia ini, permintaan akan kebutuhan dan kesenagan, membuat masyarakat berfikir dangkal dan berusaha dengan menghalalkan segala cara hanya untuk memperoleh kesenangan dengan cara cara seperti itu, yang kemudian hal tersebut akhirnya juga ikut menambah angka hedonisme di Indonesia ini.
Masayarakat yang berbudaya, seharusnya tahu dan mengerti bagaimana ia bertindak dan menyikapi hal yang ada di sekelilingnya dengan berpedoman pada nilai nilai luhur bangsa Indonesia, dan bukan sebaliknya malah bersikap seeenaknya seperti tanpa memiliki pendirian, jika hal itu tidak segera di benahi, bagaimana bisa masyarakat Indonesia dapat memiliki daya saing terhadap dunia luar, sedangkan masyarakatnya sendiri minim kreativitas dan lebih suka menjiplak hasil karya orang lain, dan lebih parahnya lagi mereka bangga ketika memakai barang yang bukan buatan bangsa mereka sendiri, termasuk mempraktekan budaya asing di Negara kita, yang jelas jelas tidak sesuai derngan kepribadian bangsa Indonesia. Selain krisis budaya masyarakat Indonesia kini juga sedang mengalami krisi moral dalam kehidupan sehari hari, misalnya saja dapat kita lihat para remaja remaja kita lebih suka melakukan sex bebas dan mengosumsi narkoba tanpa sepengetahuan orang tua mereka, jelas jelas hal itu telah melanggar norma norma sosial. Mereka yang seharusnya serius mengenyam pendidikan di bangku smp atau sma, malah asyik melakukan pesta sex dan markoba yang berujung tindak kriminal yang akhirnya merugikan diri mereka sendiri. Kecanggihan teknologi namun tidak di imbangi dengan pengetahuan yang sepadan  salah satu penyebab maraknya perilaku sex bebas di kalangan remaja kita, tak dapat dipungkiri di mana mana sekarang banyak tersedia warnet ( warung internet ) yang dapat mereka kunjungi kapan saja.  Situ mereka dapat mengakses secara bebas dan leluasa apa saja yang mereka iginkan termasuk situs situs porno, yang sebenarnya belum saanya mereka untuk tahu dan menirunya. Hal lain yang menyebabkan maraknya sex bebas di kalangan remaja yaitu, rendahnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, mereka menganggap anak mereka anak mereka sudah dewasa dan mengeti apa yang baik dan yang buruk, namun faktanya tidak demikian, dunia remaja adalah dunia yang paling labil terhadap dunia luar, mereka( para remaja) sangat mudah terombang ambing dalam sistem pergaulan yang mereka buat sendiri, tanpa dihindari mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh ajakan teman mereka dan akhirnya mereka juga melakukan hal yang sama kepada teman mereka yang lain untuk hal hal tersebut.
Hal lain yang lebih memprihatinkan yaitu, orang tua mereka kebanyakan lebih suka sibuk dengan urusanya masing masing tanpa memperdulikan perilaku anaknya di luar rumah, akibatnya anak menjadi minim perhatian, dan mencari perhatian atau kesenangan dengan melakukan hal hal seperti sex bebas dan mengosumsi narkoba. Fenomena serupa kita jumpai di lingkungan intelektual yaitu kampus, kampus yang idealnya menjadi tempat untuk berdiskusi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, kini berubah fungsi menjadi sarana untuk pamer kekayaan. Para mahasiswa yang idilai sebagai agent of change kini hanyalah berupa kalangan yang tak lain dan tidak bukan setelah lulus menjadi pencari kerja, para mahsiswa juga dikenal memiliki kebutuhan yang banyak, saking banyaknya kebutuhan yang ingin mereka penuhi, mereka rela “menjual diri” mereka demi mendapatkan uang, dengan kata lain mereka selain berprofesi sebagai mahasiswa, mereka juga berprofesi sebagai “ayam kampus” ( pekerja sex di lingkungan kampus ). Sungguh ironis memang, mendengar fakta seperti itu, munculnya para “ayam kampus” di lingkungan para intelektual kita menjadi bukti bahwa angka hedonisme di kalangan intelektual kita sangat tinggi. Fenomena lain hedonisme kita jumpai dikalangan pejabat DPR kita. Para pejabat yang seharusnya menjadi wadah aspirasi dan pengeksekusi keinginan rakyat, kini berbalik fungsi menjadi pengguna uang rakyat. Bagaimaana tidak, para pejabat tersebut dengan leluasa menggunakan uang rakyat hanya untuk merenovasi ruang kerja dan membeli mobil mobil mewah yang sebetulnya tidak perlu dilakukan. Selain bermewah mewahan mereka juga melakukan korupsi terhadap uang rakyat demi meningkatkan keuntungan mereka semata. Jika melihat banyak fakta seperti ini, apakah masih layak kita untuk berdiam diri dan menutup mata atas semua yang terjadi di Indonesia, apakah masih layak menyebut kita sebagai masyaraakat yang berbudaya?. Tentunya jika menjawab kita harus kembali kepada hati nurani kita sendiri, karena dengan hati nuranilah kita dapat mengerti apa yang sebenarnya yang kita inginkan, jika tidak maka kita hanya akan menuruti dan menuruti hawa nafsu kita dan terjerumus kedalam kehancuran. Maka dari sekarang kita harus segera berintrospeksi dan berbenah terhadap apa yang sudah kita lakukan, agar kita tidak menjadi slah satu dari generasi perusak bangsa, yang kini jumlahnya semakin hari semakin banyak, dan semakin merusak Negara tercinta kita Indonesia. Oleh karena itu jika bukan kita yang melakukan siapa lagi yang akan mengubah wajah Indonesia ini menjadi Negara yang lebih baik dan bermartabat dan bukan menjadikan Negara kita sebagai tempat bermukimnya para “musuh” yang sewaktu waktu bisa menghancurkan Indonesia, bahkan memecah belah persatuan.

Sumber :
http://hardika.blog.fisip.uns.ac.id/2012/04/03/indonesia-sebuah-negara-multikultural-atau-negara-yang-krisis-budaya/




0 komentar:

Posting Komentar